Jack Ma: Kisah Kegigihan, Kepercayaan, dan Globalisasi dari Davos
Davos, Swiss menjadi saksi kembalinya Jack Ma, pendiri Alibaba, setelah absen selama tujuh tahun. Kehadirannya di Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Davos kali ini bukan tanpa alasan. Ma, yang terakhir kali mengunjungi Davos pada tahun 2008, merasa terpanggil untuk berbagi pengalaman dan wawasan yang diperolehnya selama bertahun-tahun, terutama kepada para pemimpin muda global. Ia mengenang kunjungan pertamanya ke Davos pada tahun 2001 sebagai seorang Pemimpin Muda Global untuk Masa Depan, di mana ia terkejut dengan demonstrasi anti-globalisasi. Hal ini memicu rasa ingin tahunya dan mendorongnya untuk memahami makna globalisasi, kewarganegaraan kooperatif, dan tanggung jawab sosial. Pengalaman di Davos pada awal tahun 2000-an sangatFormat memengaruhi pemikirannya dan memberikan landasan penting bagi perjalanan kewirausahaannya.
Alibaba, Raksasa E-commerce yang Lahir dari Keyakinan dan Kerja Keras
Saat ini, Alibaba telah menjelma menjadi raksasa e-commerce dengan dampak global yang signifikan. Lebih dari 100 juta pembeli mengunjungi dan berbelanja di situs Alibaba setiap harinya. Perusahaan ini telah menciptakan 14 juta lapangan kerja di Tiongkok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pertumbuhan Alibaba sangat pesat, dari hanya 18 orang yang berkantor di apartemen Ma menjadi 30.000 karyawan yang tersebar di empat kampus besar. Meskipun demikian, Ma tetap merasa bahwa Alibaba masih bayi jika dibandingkan dengan potensi yang dimilikinya di masa depan. Ia berharap bahwa dalam 15 tahun mendatang, Alibaba akan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, seperti halnya listrik saat ini. Ia tidak ingin orang terus membahas e-commerce sebagai sesuatu yang baru, melainkan sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari.
Ditolak Berulang Kali, Pantang Menyerah
Kisah sukses Jack Ma tidak lepas dari kegagalan dan penolakan. Ia gagal dalam ujian masuk universitas sebanyak tiga kali. Bahkan, ia juga mengalami kegagalan dalam ujian sekolah dasar dan menengah. Di kota kelahirannya, Hangzhou, ada sebuah sekolah menengah yang hanya bertahan selama satu tahun karena tidak ada sekolah menengah lain yang mau menerima lulusannya. Setelah lulus dari universitas, Ma melamar pekerjaan sebanyak 30 kali dan selalu ditolak. Ia bahkan ditolak saat melamar menjadi polisi dan di KFC. Namun, semua penolakan itu tidak membuatnya menyerah. Ia bahkan ditolak 10 kali saat melamar ke Harvard University. Ma menyadari bahwa kegagalan adalah bagian dari proses dan ia harus terbiasa menghadapinya. Ia menjadikan penolakan sebagai motivasi untuk terus berusaha dan membuktikan diri.
Bahasa Inggris Sebagai Jembatan Menuju Dunia
Kecintaan Ma pada bahasa Inggris dimulai sejak usia 12 atau 13 tahun. Saat itu, tidak ada tempat untuk belajar bahasa Inggris di Hangzhou. Ia kemudian memutuskan untuk pergi ke Hangzhou Hotel, yang sekarang dikenal sebagai Hangzhou Shangri-La Hotel, setiap pagi selama sembilan tahun untuk menjadi pemandu wisata gratis bagi turis asing. Sebagai imbalannya, para turis tersebut mengajarinya bahasa Inggris. Pengalaman ini tidak hanya memberinya kemampuan berbahasa Inggris yang baik, tetapi juga membuka pikirannya terhadap dunia luar. Ia belajar banyak hal yang berbeda dari apa yang diajarkan di sekolah dan oleh orang tuanya. Ia mulai memiliki kebiasaan untuk selalu berpikir tentang bisnis dalam segala hal yang dilihat dan dibacanya.
Dari Ma Yun Menjadi Jack Ma
Nama "Jack" diberikan oleh seorang turis wanita yang menjadi teman pena Ma. Wanita tersebut merasa kesulitan untuk mengucapkan "Ma Yun" dan menyarankan agar Ma menggunakan nama Inggris. Ia kemudian memberikan nama "Jack" karena nama tersebut adalah nama ayah dan suaminya. Sejak saat itu, Ma Yun dikenal sebagai Jack Ma.
Mencari Peluang di Amerika dan Lahirnya Alibaba
Kunjungan pertama Jack Ma ke Amerika Serikat pada tahun 1995 adalah untuk membantu pemerintah daerah membangun jalan raya. Di Seattle, ia mencoba internet untuk pertama kalinya. Ia mencari kata "beer" dan "China" di internet, tetapi tidak menemukan informasi apa pun tentang Tiongkok. Hal ini memicu idenya untuk membuat halaman web tentang Tiongkok. Ia membuat halaman web sederhana tentang jasa penerjemahan yang ditawarkannya. Tak disangka, halaman web tersebut mendapat respons positif dan membuatnya menerima lima email pada hari yang sama. Dari sinilah, ia mulai melihat potensi internet untuk menghubungkan orang dan bisnis di seluruh dunia.
Nama "Alibaba" dipilih karena mudah diingat dan diucapkan dalam berbagai bahasa. Ma ingin memiliki nama global yang menarik. Ia kemudian bertanya kepada seorang pelayan di San Francisco apakah ia tahu tentang Alibaba. Pelayan tersebut menjawab, "Ya, buka sesame." Ma kemudian bertanya kepada 10 hingga 20 orang di jalan dan semuanya tahu tentang Alibaba dan Ali Baba dan Empat Puluh Pencuri. Ma merasa bahwa nama ini sangat cocok karena dimulai dengan huruf "A" dan akan selalu berada di urutan teratas dalam daftar.
Membangun Kepercayaan di Dunia E-commerce
Salah satu tantangan terbesar dalam membangun Alibaba adalah menciptakan kepercayaan di antara pembeli dan penjual. Pada saat itu, orang Tiongkok lebih terbiasa dengan transaksi tatap muka. Ma menyadari bahwa kepercayaan adalah kunci utama dalam e-commerce. Ia kemudian menciptakan sistem escrow yang memungkinkan pembeli untuk menahan pembayaran hingga barang diterima. Sistem ini, yang dikenal sebagai Alipay, membantu membangun kepercayaan dan memfasilitasi transaksi online.
Pada awalnya, banyak investor yang meragukan ide Ma. Mereka berpikir bahwa bisnis di Tiongkok hanya bisa dilakukan melalui "guanxi" atau koneksi pribadi. Namun, Ma yakin bahwa tanpa sistem kepercayaan dan kredit, e-commerce tidak akan berkembang. Ia kemudian memutuskan untuk meluncurkan Alipay meskipun tidak memiliki izin yang diperlukan. Ia siap bertanggung jawab jika ada masalah hukum. Keputusannya ini didasari oleh keyakinannya bahwa sistem pembayaran online sangat penting bagi perkembangan e-commerce di Tiongkok.
Saat ini, Alipay telah digunakan oleh 800 juta orang. Ma merasa bangga karena Alipay telah membantu membangun kepercayaan di antara orang-orang yang tidak saling mengenal. Setiap hari, ada 60 juta transaksi yang terjadi melalui Alipay. Hal ini menunjukkan bahwa e-commerce dapat menjadi kekuatan untuk membangun kepercayaan dan menghubungkan orang di seluruh dunia.
Independensi dari Pemerintah dan Bank
Alibaba tidak pernah menerima uang dari pemerintah Tiongkok. Ma percaya bahwa perusahaan yang selalu bergantung pada uang pemerintah adalah perusahaan yang tidak sehat. Ia ingin Alibaba menghasilkan uang dari pelanggan dan pasar, serta membantu pelanggan untuk sukses. Awalnya, Ma ingin mendapatkan pinjaman dari bank Tiongkok, tetapi ditolak. Sekarang, bank-bank tersebut justru menawarkan pinjaman kepadanya, tetapi ia menolak.
Hubungan Alibaba dengan pemerintah Tiongkok sangat unik. Ma menghormati pemerintah, tetapi tidak ingin terlalu bergantung padanya. Ia selalu berusaha untuk menjalin komunikasi yang baik dengan pemerintah dan menjelaskan bagaimana internet dapat membantu perekonomian dan menciptakan lapangan kerja. Ia percaya bahwa internet adalah peluang bagi Tiongkok untuk berkembang.
Inspirasi dari Hollywood dan Forrest Gump
Ma sangat menyukai inovasi di Hollywood. Ia terinspirasi oleh film-film Hollywood, terutama Forrest Gump. Ia menyukai Forrest Gump karena karakter tersebut sederhana, tidak pernah menyerah, dan selalu percaya pada apa yang dilakukannya. Ma merasa bahwa Forrest Gump adalah contoh yang baik bagi orang-orang yang ingin meraih kesuksesan.
Ma juga ingin membuat film yang dapat menginspirasi kaum muda Tiongkok. Ia ingin mengubah definisi pahlawan di Tiongkok. Dalam film-film Amerika, para pahlawan seringkali terlihat seperti orang jahat di awal cerita, tetapi mereka kemudian menjadi pahlawan saat menghadapi kesulitan. Di Tiongkok, para pahlawan seringkali meninggal dunia. Ma ingin menunjukkan bahwa ada banyak pahlawan yang hidup di dunia ini.
Pandangan tentang Ekonomi Tiongkok dan Masa Depan
Ma tidak khawatir tentang perlambatan ekonomi Tiongkok. Ia percaya bahwa perlambatan tersebut justru lebih baik daripada pertumbuhan yang terlalu cepat. Ia merasa bahwa Tiongkok perlu memperhatikan kualitas ekonomi, bukan hanya kuantitasnya. Ia ingin Tiongkok lebih fokus pada industri kreatif, seperti film dan olahraga.
Ma juga memiliki pandangan tentang masa depan. Ia merasa bahwa ia memiliki tanggung jawab untuk membantu kaum muda. Ia ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan kaum muda dan berbagi pengalamannya. Ia ingin mereka tahu bahwa kegagalan adalah bagian dari proses dan bahwa mereka tidak boleh menyerah. Ia ingin mereka menjadi seperti Forrest Gump, terus berjuang, terus berubah, dan tidak pernah mengeluh.
Ma percaya bahwa uang yang dimilikinya bukanlah miliknya sendiri. Uang tersebut adalah kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Ia ingin menggunakan uang tersebut untuk melakukan hal-hal yang lebih baik dan memberikan dampak positif bagi dunia. Ia ingin kembali mengajar dan berbagi ceritanya kepada kaum muda. Ia ingin mereka tahu bahwa jika seorang Jack Ma bisa sukses, maka 80% kaum muda di Tiongkok juga bisa sukses.